SOFTWARE AND HARDWARE LABORATORY OFFERING

Rabu, 16 Februari 2011

laboratorium bahasa Multimedia

LABORATORIUM BAHASA MULTIMEDIA DAN FUNGSINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING

A. Pengertian Laboratorium Bahasa Multimedia

Laboratorium bahasa mengacu kepada seperangkat peralatan elektronik audio video yang terdiri atas instructor console sebagai mesin utama, dilengkapi dengan repeater language learning machine, tape recorder, DVD Player, video monitor, headset dan students booth yang dipasang dalam satu ruang kedap suara. Selain itu ada pula komponen komputer multimedia sebagai komponen tambahan yang dapat dikombinasikan dengan kesemuanya itu. Bila itu dilakukan, maka tampillah laboratorium bahasa itu sebagai laboratorium bahasa multimedia. Artinya, peralatan laboratorium bahasa itu mencakup berbagai jenis media dengan fungsi masing-masing yang bervariasi. Dengan laboratorium bahasa multimedia, guru kreatif dapat memanfaatkan aneka jenis program pelajaran bahasa asing baik yang dikemas dalam bentuk kaset audio, video, maupun CD interaktif. Bahkan, dengan peralatan ini guru juga dapat memanfaatkan kemampuan dirinya dalam memfasilitasi siswa agar terlibat dalam proses komunikasi secara aktif melalui headset dan microphone yang tersedia pada masing-masing meja siswa.

Saat ini piranti laboratorium bahasa telah banyak terpasang di berbagai sekolah, pusat pendidikan/pelatihan, dan perguruan tinggi. Dengan hadirnya produk laboratorium yang didesain sendiri oleh ahli-ahli dari Indonesia sendiri, harga laboratorium bahasa multimedia menjadi dapat terjangkau oleh lembaga-lembaga pendidikan negeri maupun swasta. Namun demikian, berdasarkan pengamatan labaoratorium bahasa belum dapat difungsikan secara maksimal. Bahkan banyak diantaranya yang dibiarkan menganggur begitu saja oleh karena persoalan ketidakmampuan instruktur dalam mengoperasikannya.

Untuk membantu mengatasi kendala tersebut, berikut disajikan tulisan tentang beberapa tekhnik pemanfaatan laboratorium bahasa sebagai akumulasi pengetahuan dan pengalaman penulis selama satu dekade, baik sebagai perancang, penyedia, pengguna, maupun konsultan manajeman dan Kepala Laboratorium Bahasa pada beberapa perguruan tinggi.

B. Teknik-teknik pemanfaatan

a. Listening Class

Cara klasik penggunaan piranti laboratorium bagi pembelajaran bahasa asing adalah untuk pembelajaran Listening yang dapat diitegrasikan dengan Speaking, Writing, maupun Reading. Sasaran yang mesti dicapai dengan penggunaan laboratorium bahasa di sini adalah agar pembelajar dapat mendengar, melihat, mengamati, dan memahami bagaimana penutur asli menggunakan bahasa asing itu dalam berbagai situasi yang berbeda-beda. Dengan sasaran demikian diharapkan pembelajar mampu meniru model yang dipajankan oleh penutur asli. Dengan kata lain, pembelajar dapat secara langsung mengambil referensi asli, dan bukan referensi kedua, ketiga, atau keempat yang cenderung berbeda dalam banyak hal. Untuk mencapai sasaran itu pengajar perlu menyiapkan kaset atau VCD yang berisi rekaman suara maupun gambar penutur asli. Adapun teknik penyajian materi tersebut dapat dilakukan dengan beberapa macam tindakan sebagai berikut :

  • Pemanfaatan kaset audio

Instruktur memutarkan kaset audio yang berisi ceritera pendek menarik dan secara linguistis terkontrol, berdurasi 40 s.d 130 deetik. Dengan menggunakan headset, pembelajar berkonsentrasi mendengarkan ceritera tersebut. Ulangi beberapa kali sampai Anda yakin bahwa pembelajar telah dapat menangkap isi yang terkandung dalam ceritera tersebut. Untuk keperluan ulang-mengulang ini Anda dapat memanfaatkan counter yang biasanya terdapat pada master tape recorder. Untuk laborium yang dilengkapi dengan repeater language learning machine, ulang mengulang ini dapat pula dilakukan dengan merekam suara dari master tape recorder ke repeater teresebut tanpa menggunakan pita kaset. Hasil rekaman dapat didengarkan berulangkali sesuai keperluan secara otomatis tanpa melibatkan proses rewinding.

Berikutnya, pancing konsentrasi pembelajar untuk mencoba menceriterakan kembali isi ceritera yang diperdengarkan secara lisan maupun tulisan dalam bahasa sasaran maupun bahasa pertama. Langkah selanjutnya dapat dilakukan beberapa variasi kegiatan, misalnya menjawab pertanyaan tentang isi ceritera secara lisan, bersama-sama maupun individual, mentranskrip ceritera, berdiskusi tentang bagian-bagian yang sulit ditangkap, atau mengisi informatiaon-gap pada lembar kerja yang telah tersedia.

Contoh materi yang dapat dipergunakan untuk teknik ini adalah Question and Answers karya L.G. alexander (1983). Buku ini memang cukup tua, namun isi materi terkontrol, tergradasi, dan menarik. Perlu diingat bahwa tergradasi dan menarik merupakan dua aspek yang penting untuk diperhatikan dalam merancang atau melakukan seleksi bahan ajar.

Contoh lain adalah American Brekthrough karya Jack C. Richards (1992) yang dilengkapi dengan lembar kerja pembelajar berisi tugas melengkapi informasi-informasi yang terkandung dalam wacana percakapan da narasi yang terkemas dalam kaset audio.

  • Pemanfaatan VCD/DVD Player

Dewasa ini banyak program pelajaran Bahasa Inggris yang terkemas dalam VCD/DVD. Dengan laboratorium multimedia, piranti ini dapat digunakan dengan memanfaatkan fasilitas VCD/DVD player yang terdapat di dalamnya. Contoh teknik pemanfaatan VCD/DVD itu adalah sebagai berikut: Instruktur menayangkan dua kali sebuah episode ceritera bersambung melalui VCD Player dengan durasi 20 menit. Pada tayangan pertama pembelajar diminta untuk memperhatikan secara cermat alur ceriteranya. Pada tayangan kedua pembelajar diarahkan untuk memperhatikan bahasa yang dipergunakan. Beberapa variasi tekhnik dapat dilakukan dalam langkah ini. Misalnya, dengan memanfaatkan tombol-tombol pada VCD Player, instruktur dapat mem-pause adegan tertentu dan mengulanginya beberapa kali sampai pembelajar mampu menirukan ujaran-ujaran yang diungkapkan oleh pelaku. Usahakan agar mereka menebak secara bersama-sama, atau secara individual dengan sistem kompetisi sambil memanfaatkan tombol CALL yang tersedia pada masing-masing booth. Apabila pembelajar tidak mampu, instruktur dapat membantu mereka dengan memeberikan clues atau bahkan jawaban yang benar, yang tersedia dalam buku pegangan instruktur. Contoh materi yang dapat dipergunakan disini adalah VCD Sadrina Project dari BBC. Sebagai homework, instruktur dapat meminta pembelajar untuk menceriterakan kembali dalam bahasa sasaran sinposis dari tayangan VCD tersebut.

Buku Follow Me to San Fransico dari BBC juga dapat digunakan dalam pembelajaran ini. Buku ini dilengkapi dengan video script yang amat membantu guru dalam menyampaikan meteri pelajaran.

  • Dubbing

Meskipun kurang sempurna, peralatan lab bahasa dapat pula digunakan sebagai sarana latihan sulih suara atau dubbing. Pilihlah VCD yang berisi narasi atau percakapan-percakapan sederhana. Pajankan kepada pembelajar melalui beberapa kali tayangan. Jika tersedia berikan video script kepada mereka untuk dihafal. Lalu, dengan hanya menayangkan gambar dan mengecilkan volume suara, mintalah untuk melakukan pengisian suara pada gambar tersebut. Lakukan latihan ini hingga pembelajar mampu mengekspresikan karakter mirip dengan penutur asli pada video. Apabila telah yakin pembelajar dapat melakukannya dengan baik, rekamlah suara mereka dengan menggunakan kaset kosong dan perdengarkan hasil rekaman itu kepada seluruh siswa. Contoh materi yang dipergunakan disini adalah Follow Me to San Fransisco (1984)

  • Pemanfaatan Komputer Multimedia

Komputer multimedia pada laboratorium bahasa dilengkapi dengan CD/DVD Rom yang bermanfaat untuk menjalankan program pelajaran Bahasa Inggris pada CD maupun DVD Rom. Perlu dimengerti bahwa program CD/DVD Rom berbeda dengan program pada VCD/DVD. Dengan program CD Rom, guru dapat menampilkan tulisan atau gambar disertai dengan suaranya. Selain itu, melalui program CD Rom, guru juga dapat mengulangi materi-materi yang disajikan dengan lebih efisien dan mudah. Yang penting, guru tersebut tidak computer illiterate. Oleh karena itu program CD Rom menjadi lebih mudah untuk disajikan sebagai materi pelajaran. Beberapa contoh program CD Rom Bahasa Inggris adalah Learn to Speak English, I want to Read, I Wat to Read, dan Tell Me More. Program-program tersebut murni hanya dikemas melalui CD-Rom. Akhir-akhir ini juga telah banyak program Bahasa Inggris yang dikemas dalam dengan bentuk CD Rom dilengkapi dengan buku cetak antara lain: Everyday Technical English (2003), Everyday Business English (2003), English for International Tourism (2001), Global Links: English for International Business (2001) selain juga Longman Complete Course for the TOEFL Test (2001), Oxford Practice Test for the TOEIC Test (2000), dls.

Selain dimanfaatkan untuk menjalankan program CD Rom, VCD, maupun DVD, komputer multimedia pada laboratorium bahasa dapat pula menampilkan program Power Point yang tidak saja dapat dimanfaatkan dalam pengajaran Bahasa Inggris, tetapi juga untuk kepentingan presentasi lain.

  • b. Manfaat untuk kelas lain

Selain untuk kelas Listening yang terintegrasikan dengan Speaking, Reading atau Writing, perangkat laboratorium bahasa multimedia juga dapat dipergunakan sebagai sarana melakukan program pencelupan semi (semi immersion program). Dengan sarana audio dan/atau video yang ada, laboratorium bahasa multimedia dapat dipergunakan untuk menayangkan perkuliahan/pembelajaran bidang studi apapun yang disajikan dalam bahasa sasaran. Sebagai contoh, untuk mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa, instruktur dapat menayangkan VCD Language Teaching Methods dari Diane Larsen-Freeman; untuk mahasiswa jurusan Sastra dapat disajikan film HAMLET, SHAKESPEARE IN LOVE, ROEMEO AND JULIET atau film-film tentang America untuk menunjang mata kuliah Cross Culture.

Tidak tertutup kemungkinan bahwa fungsi laboratorium multimedia dapat pula dipergunakan untuk menayangkan perkuliahan/pelajaran matematika, geografi, antropologi, biologi, sejarah, ekonomi, teknik, kedokteran, dan lain sebagainya yang disajikan dengan bahasa asing sasaran sepanjang materi pelajaran tersebut tersedia dalam bentuk VCD/DVD, maupun CD-Rom. Bila hal ini dilakukan, tak ayal pembelajar mengalami program semi immersion di mana semua pelajaran yang diberikan disajikan dalam bahasa sasaran. Program ini bermanfaat dalam dua hal sekaligus; membekali pembelajar dengan pengetahuan yang relevan dengan bidang studi, dan sekaligus membekali mereka dengan keterampilan berbahasa asing melalui prosses pembelajaran secara tidak sadar (subconscious learning).

Dengan program semi immersion tersebut, di masa yang akan datang laboratorium bahasa multimedia tidak saja dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran bahasa asing, akan tetapi sekaligus juga dapat dipergunakan sebagai sarana penunjang bagi perkuliahan/mata pelajaran lain. Program ini dapat dicobakan pada sebuah Sekolah Menegah Kejuruan Pelayaran/ Akademi Pelayaran. Dalam program tersebut taruna dapat diarahkan masuk ke ruang laboratorium bahasa untuk mengikuti tayangan berisi rekaman video berbahasa Inggris tentang teknik mengatasi kebakaran di kapal (fire fighting), teknik mengisi bahan bakar (bunkering), teknik menyandarkan kapal (on bridge), teknik menjangkar (anchoring), dan teknik mengatasi kecelakaan orang jatuh dari kapal (man overboard). Dalam program ini taruna dibimbing untuk memperhatikan ujaran-ujaran berbahasa Inggris yang diperlukan dalam dunia pelayaran, sekaligus mempelajari bagaimana para awak kapal menjalankan tugas-tugas mereka.

Fungsi lain yang dapat dilakukan dengan laboratorium bahasa multimedia adalah penunjang program standarisasi kualitas lulusan dengan skor Bahasa Inggris tertentu seperti TOEFL Prediction, IELTS Prediction, atau TOEIC Prediction. Program ini dapat dilakukan dengan melakukan pelatihan TOEFL, IELTS, maupun TOEIC dengan materi belajar yang terkemas dalam bentuk kaset audio maupun CD Rom. Dengan demikian perguruan tinggi dan masyarakat dapat melihat secara jelas seberapa baik kualitas lulusan yang dihasilkan.

C. Penutup

Laboratorium bahasa multimedia semestinya dipandang sebagai media pembelajaran bahsa asing yang memfasilitasi pengajar/pembelajar untuk dapat bekerja secara lebih efektif. Efektifitas ini tidak hanya dapat diuukur secara kuantitatif melaui hasil pembelajar dalam menguasai keterampilan berbahasa yang diharapkan, akan tetapi juga secara kualitatif melalui kajian tentang proses pembelajaran yang diindaksikan dengan meningkatnya motivasi pembelajar dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Dengan sarana audio-video dan computer multimedia, secara logis laboratorium bahasa harus mampu memberikan nilai tambah bagi efektifitas proses pembelajaran bahasa asing oleh karena pembelajar dapat mengambil referensi penutur asli. Ini berbeda dengan pembelajaran tanpa laboratorium bahasa dimana pembelajar hanya dipajankan suara non-native speakers yang pada umumnya masih berupa bahasa antara (intelanguage). Kegagalan meningkatkan efektifitas pembelajaran melalui laboratorium bahasa biasanya diakibatkan oleh faktor human error atau management error yang belum memungkinkan laboratorium bahasa beroperasi secara maksimal.

Di masa yang akan datang, laboratorium bahasa multimedia akan menjadi sarana bukan saja untuk menunjang pembelajaran bahasa asing, tetapi juga untuk keperluan pendalaman berbagai bidang kajian melalui tayangan audio, video, maupun CD/DVD Rom. Oleh karena itu laboratorium bahasa multimedia tidak saja harus dimiliki oleh lembaga pelatihan bahasa asing, akan tetapi juga oleh lembaga-lembaga pendidikan lain. Hal ini rupanya telah disadari oleh International Maritime Organization (IMO) sehingga muncul rekomendasi agar lembaga-lembaga pelatihan tenaga kelautan diwajibkan untuk menyediakan sarana laboratorium bahasa. Demikian pula lembaga pelatihan tenaga medis dan perguruan tinggi umum lain. Untuk mewadahinya beberapa perguruan tinggi di Makassar telah mendirikan English Learning Center yang siap menyelenggarakan program tersebut. Sebagai contoh adalah Universitas Negeri Makassar (UNM), Akademi Pelayaran Katangka Makassar (APKM), dan Universitas Atmajaya Makassar (UAJ).

PENGANTAR

Kemajuan ICT saat ini telah memungkinkan integrasi Lab.Bahasa dengan komputer (Lab.Bahasa Multimedia) sehingga pemanfaatan Lab.Bahasa menjadi lebih optimal. Melalui fasilitas tersebut, guru dapat berkomunikasi dengan siswa dalam beberapa cara : talk to all atau one to one. Guru juga dapat memonitor aktifitas PC siswa, mengendalikannya dan melakukan transfer materi pelajaran ke PC siswa. Media pembelajaran bahasa menjadi lebih fleksibel : audio dan video. Bahkan dimungkinkan media belajar dikembangkan oleh guru sendiri.

Selasa, 01 Februari 2011

PERMASALAHAN MANAJEMEN PENDIDIKAN DI INDONESIA

PERMASALAHAN MANAJEMEN PENDIDIKAN DI INDONESIA

Berbicara mengenai pendidikan di Negara kita, tentu tidak terlepas dari berbagai macam persoalan yang selalu menderanya mulai dari Negara ini diproklamirkan hingga di penghujung hari jadinya yang ke 65 tahun. Masalah klasik yang timbul diantaranya harga buku mata pelajaran yang mahal, gedung sekolah yang hampir ambruk, mahalnya biaya pendidikan baik biaya masuk maupuan SPP, terutama di sekolah swasta., penyimpangan dana Bantuan Operasional Sekolah ( BOS ) oleh oknum pejabat sekolah, pembebanan biaya pendidikan kepada siswa baru walaupun sekolah mendapatkan dana BOS dari pemerintah.

Apabila dicermati, semua permasalahan diatas timbul karena tidak berjalannya fungsi manajemen baik di tingkat pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional maupun lembaga penyelenggara pendidikan, yakni sekolah baik negeri maupun swasta.

Indonesia merupkan Negara yang menganut sistem sratifikasi ( pelapisan ) lembaga penyelenggara pendidikan, yakni sekolah negeri dan swasta. Kebijakan ini tentu saja menimbulkan permasalahan yang berbeda dan akan menciptakan jurang pemisah ( gap ) antara sekolah negeri dan sekolah swasta yang menerapkan standar International dengan tarif Internasional. Hal ini secara langsung atau tidak langsung menciptakan pelapisan ( Stratifikasi ) sosial masyarakat berdasarkan hak memperoleh pendidikan. Tidak ayalnya, praktek penyelenggaraan pendidikan pada zaman kolonial. Saat itu kita kita mengenal sekolah khusus diperuntukkan bagi orang belanda, eropa dan bangsawan Indonesia. Seperti HBS, HIS, MULO. Tetapi sekolah khusus bagi rakyat biasa ( jelata ) yang menempati strata terendah adalah SR ( Sekolah Rakyat ).

Mengenai masalah ini, penulis akan mengkaji dan menguraikan permasalahan yang timbul di lembaga penyelenggara pendidikan ( Sekolah ) baik negeri maupun swasta, terkait pelaksanaan ( implementasi ) fungsi manajemen di masing – masing lembaga dan bagaimana cara meyelesaikan masalahnya.

Permasalahan manajemen pendidikan di sekolah negeri :

1.Garis komando, pengendali, pengawasan diterapkan sistem hierarki ( bertingkat ). Mulai dari pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal, Sekretariat Jenderal, Dinas Pedidikan daerah dan kepala sekolah sebagai pemangku jabatan “ Top Management “ di tingkat penyelenggara pendidikan ( sekolah ) yang bersinggungan langsung dengan pekerja ( guru ). Dalam hal ini, kepala sekolah tidak memiliki wewenang untuk memberikan sanksi langsung kepada guru yang tidak melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik. Kewenangan memberikan sanksi tegas kepada guru yang indisipliner dilakukan oleh BKD ( Badan Kepegawaian Daerah ). Yang notabene secara struktur organisasi tidak berda langsung di bawah Kementrian Pendidikan Nasional. Hal ini tidak relevans sebab BKD berada di bawah kewenangan pemerintah daerah.

2. Setiap lembaga penyelenggara pendidikan dari tingkat SD dan SMP, mendapatkan dana BOS untuk menyelenggarakan proses pendidikan bagi seluruh siswa.jadi, seluruh siswa di sekolah – sekolah nusantara berhak mendpatkan pendidikan cuma – cuma ( gratis ), baik biaya pendidikan masuk dan SPP dan buku mata pelajaran. Ironisnya, banyak sekolah – sekolah negeri tetap memungut biaya awal pendidikan dengan mengatasnamakan “ Biaya Sukarela “. Disinyalir pula, sekolah – sekolah berperan sebagai “ Book Dealer Store “, yang berfungsi sebagai pendistribusi buku – buku LKS ( Lembar Kerja Siswa ) penerbit kepada siswa dengan mematok harga diluar harga resmi penerbit, hal ini ditenggarai sebagai praktek komersialisasi sekolah yang berorientasi pada keuntungan ( profit ).

2. Dikotomi kewenangan manajemen di sekolah – sekolah negeri berbasis prinsip keagamaan, yaitu Madrasah Ibtidaiyah ( MI ), Madrasah Tsanawiyah ( MTs ) dan Madrasah aliyah ( MA ). Hendaknya dihilangkan dan dikembalikan kepada fungsi manajemen yang sebenarnya.

Permasalahan manajemen pendidikan di sekolah swasta :

1. Kepala sekolah sebagi pemangku jabatan “ Top Management “ di sekolah langsung bertanggung jawab kepada pemilik sekolah ( Yayasan ). Ketika kepala sekolah mendapatkan guru tidak disiplin di dalam melaksanakan tugas dan kewajibanya, maka kepala sekolah memiliki wewenag untuk meberikan sanksi tanpa meminta keputusan kepada atasannya ( Yayasan ).

2. Dengan menerapkan klasifikasi swasta pada lembaga penyelenggara pendidikan ( sekolah ). Membuat sekolah – sekolah swasta menolak menerima dana BOS, dengan alas an mereka dapat mandiri dan mampu untuk menyelenggarakan proses pendidikan dari pungutan ( Uang pangkal dan SPP ) kepada siswa. Sehingga banyak sekolah swasta, dengan dalih mengklaim sebagai “ Market Label “ mereka. Menjadi sekolah Intenational, sekolah National plus, sekolah National, sekolah Terpadu ( Integrated School ), dengan seenaknya membandrol biaya pendidikan ( biaya masuk, SPP dan Buku Pelajaran ) dengan tarif mahal. Dan untuk sekolah – sekolah yang bertarif mahal ini hanya dapat dinikmati oleh masyarakat kalangan menengah ke atas ( middle-up society ). Hal ini tentu saja akan menimbulkan kesenjangan sosial dan akan menimbulkan istilah sekolah kaya ( swasta ) dan sekolah miskin ( negeri ).

3. Peneyelenggaraan pendidikan sekolah MI, MTs dan MA dengan kualifikasi sekolah swasta, menurut penilaian masyarakat merupakan lembaga penyelenggara pendidikan yang berada pada stratifikasi ( lapisan ) terendah, karena rendahnya kualitas SDM ( guru ) dan peserta didik yang mayoritas berasal dari golongan masyarakat kelas bawah.

Terlepas dari output ( jebolan lulusan ) yang dihasilkan oleh penyelenggara pendidikan ( sekolah ) negeri atau swasta, apakah berkualitas atau memiliki daya guna dan saing untuk menghadapi era globalisasi dan teknologi ini. Seyogyanya pemerintah dengan tegas melalui Departemen Pendidikan Nasional mengembalikan dan menjalankan fungsi manajemen kependidikan yang berbasis kualitas yang optimal ( TQM = Total Quality Management ) dan harus diejawantahkan ( implementasikan )

Pada lembaga penyelenggara tingkat pendidikan ( sekolah ) baik negeri, swasta maupun berbasis keagamaan. Berpijak dari keharusan bahwa seluruh masyarakat Indonesia berhak mengenyam pendidikan dasar dan hingga sekolah lanjutan tingkat atas ( SMA, SMK dan MA ), sebagaimana termaktub dalam pasal 31 UUD 1945, “ Setiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran ( pendidikan ) “. Sehingga tujuan dan cita – cita mulia untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang memiliki sumber daya yang unggul dan tangguh dengan berlandaskan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi akan terwujud.

Adapun langkah – langkah kongkret yang harus diimplementasikan oleh Departemen Pendidikan Nasional, selaku lembaga pemegang kewenangan dalam proses penyelenggaraan pendidikan adalah, sbb :

1. Mengambil alih tugas dan wewenang penyelenggaraan pendidikan di sekolah – sekolah berbasis keagamaan ( MI, MTs dan MA ) dari Departemen Agama. Agar terciptanya sinkronisasi dan relevansi tugas dan kewenangan yang berasal dari satu lembaga penyelenggara pendidikan. Sehingga tidak terjadi benturan kepentingan dan konflik yang berpotensi menimbulkan kerancuan dan keraguan dalam hal penerapan kebijakan.

2. Menghilangkan Stratifikasi ( Pelapisan ) istilah sekolah swasta dan negeri. Dengan mengganti istilah dengan sekolah berprestasi,unggulan dan rintisan unggulan. Agar penempatan siswa pada sekolah – sekolah berdasarkan prestasi akademik maupun non- akademik ( bakat dan minat ) akan tepat sasaran ( match and link ). Sehingga langkah ini akan menghilangkan istilah sekolah kaya dan miskin. Karena dengan kebijakan ini, berpotensi akan menempatkan siswa – siswa dari berbagai latar belakang ekonomi dan sosial yang berbeda, berkumpul dalam satu sekolah yang sama.

3. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional harus berani dan tegas untuk memaksakan sekolah – sekolah swasta yang berbasis International, National Plus, National dan Terpadu untuk menerima dana Bantuan Operasional Sekolah ( BOS ) tanpa terkecuali. Dan apabila sekolah – sekolah tersebut tidak mau menerima dana BOS tersebut, maka pemerintah melalui Kementrian Depdiknas berhak memberikan sanksi dengan mencabut ijin operasional sekolah tersebut.

4. Pemerintah harus memberlakukan pendidikan gratis untuk seluruh sekolah dan tingkatan serta berbasis apapun, hingga tingkat SMA, SMK dan MA. Seluruh biaya penyelenggaraan pendidikan, seperti biaya masuk ( uang pangkal ), SPP, buku pelajaran dan lembar kerja siswa ( LKS ), seragam harus bebas biaya tanpa dipungut sepeserpun dan tanpa dalih apapun. Apabila pihak sekolah yang melanggar kebijakan ini. Maka, Departemen Pendidikan Nasional melalui Badan Kepegawaian Penegakkan Kebijakan dan Displin yang bertanggunjawab langsung dibawah Kementrian DEPDIKNAS, berhak memberikan sanksi berat dan tegas kepada pelaku ( oknum ) pelanggar.

5. Memberikan wewenang yang luas kepada Kepala Sekolah, sebagai “Top Management “ di sekolah. Untuk memberikan sanksi berat dan tegas kepada guru dan pegawai yang melanggar aturan ( indispliner ).

Demikian segelintir harapan ini, semoga dapat memberikan pencerahan dan bahan kontemplasi ( perenungan ) untuk dapat dipertimbangkan sebagai langkah terbaik di dalam meniti cita – cita para pendiri bangsa ( Founder Nation ), untuk menjadikan Negara ini mandiri dan memiliki martabat di kancah Internasional.

परं हिजबुल वाथान दलम पेम्बिन्ना गेनेरासी मुदा

PERAN HIZBUL WATHAN DALAM PENDIDIKAN GENERASI MUDA

A. LATAR BELAKANG

Bicara mengenai generasi muda tidak luput dari faktor pembinaan dan hal- hal yang menjadi rintangan didalam mewujudkan generasi muda yang memiliki kesadaran penuh untuk mengisi pembangunan dengan maksimal. Kenapa pembinaan selalu diarahkan kepada generasi muda. Presiden RI pertama, Sukarno pernah berkata “ saya butuh 10 orang pemuda untuk membangun bangsa ini ”. ungkapan ini apabila kita analisa benar adanya. Karena pemuda atau generasi muda adalah potensi yang memiliki kelebihan dan kekuatan besar dibandingkan generasi lainnya. Apabila generasi muda dibekali dengan teori ilmu ,arahan di dalam penerapannya dan diberikan fasilitas atau wadah untuk mengimplementasikannya. Hal ini, sangat berarti sekali didalam membangunan bangsa dan Negara ini. Kita ambil contoh, sejarah menyebutkan munculnya tokoh – tokoh muda di awal pergerakan nasional sebelum kemerdekaan telah memberikan kontribusi yang konkret yaitu menghantarkan bangsa ini menuju gerbang kemerdekaan.

Tokoh- tokoh muda ini tidak hanya memiliki jiwa patriotisme yang tinggi, tetapi mereka adalah para cendekiawan yang cerdas dan pintar dalam bidang keilmuaannya. Tokoh- tokoh tersebut adalah : Dr. Sutomo, K.H. Dewantoro , dan K.H Ahmad Dahlan. Dari ketiga tokoh ini, K.H Ahmad Dahlan berinisiatif dan menggagaskan sebuah organisasi kepanduan bagi para pemuda-pemudi di Jogjakarta pada tahun 1918. Dengan metode kepanduan Hizbul Wathan, anak, remaja dan pemuda dilatih untuk mampu menjadi warga masyarakat dan sekaligus negara yang berguna,mandiri dan berakhlak mulia.Sehingga dapat berperan positif,dinamis dan konstruktif sebagai generasi muda pembangun bangsa.

B. MENGAPA PEMBINAAN GENERASI MUDA PERLU DILAKUKAN

Pembinaan yang dilakukan Hizbul Wathan memegang peranan penting didalam menciptakan generasi yang mandiri, maju dan inovatif. Sebab melalui Gerakan kepanduan Hizbul Wathan inilah potensi anak,remaja dan pemuda yang menjadi generasi penerus dan pengisi kemerdekaan akan ditempa dan dilatih sehinngga generasi muda ini kelak akan menjadi tumpuan harapan bangsa.

Selain itu, pemuda adalah generasi yang menjadi penerus harapan para pendiri Bangsa ( Founders of nation ) ini.karena pemuda adalah kekuatan yang sebenarnya didalam suatu negara.maju mundurnya suatu bangsa tergantung dari kualitas dan mentalitas generasi mudanya. Oleh sebab itu, melalui berbagai organisasi baik di lingkungan pendidikan maupun masyrakat, yang dijadikan sebagai sarana didalam memupuk dan mengembangkan potensi kemampuan pemuda baik aspek intelektulitas, orgnasisatoris dan funsgsional leadership ( kepemimpinan ) diharapkan akan muncul para pemimpin bangsa yang siap bertarung dalam percaturan bangsa – bangsa dunia di era kompetisi globalisasi ini.

C. KARAKTERISIK GENERASI MUDA

Generasi muda memiliki karakteristik yang dapat dijadikan modal dasar bagi pembangunan Negara ini, adalah sbb :

1. Kerja Keras dan Tak pernah lelah

Ketika pemuda di berikan kesempatan untuk tampil didepan dan memiliki keleluasan untuk membuktikan potensi yang dimilikinya. Maka, pemuda pun akan berusaha untuk mengemban tanggung jawab dengan berusaha keras tanpa mengenal lelah sampai tujuan dan harapan dapat direalisasikan. Karena generasi muda memilik potensi kekuatan dan daya tahan fisik lebih baik dibandingkan dengan generasi lainnya.

2. Militan

Pada tahapan dimana pemuda di berikan ruang gerak yang tidak luas dan cenderung didominasi oleh generasi yang lebih tua ( orang tua ).maka, secara naluri pemuda akan melakukan pergolakan dan menuntut perubahan secara revolusif dengan tujuan untuk mendapatkan ruang gerak peran yang lebih luas dan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk membuktikan kemampuan dan mendapatkan pengakuan dari segala pihak yang terlibat di dalamnya maupun masyarakat.

3. Inovatif dan kreatif

Sudah tidak di ragukan lagi bahwa kemampuan, potensi dan daya juang generasi muda apabila diarahkan dengan positif dan konstruktif maka akan menciptakan hasil karya yang luar biasa dan spektakuler karena generasi muda memiliki karakteristik yang kreatif dan inovatif.

D. KONDISI GENERASI MUDA SAAT INI

Berbicara kondisi generasi muda saat ini, sangatlah jauh dari kenyataan dan harapan para pendiri bangsa. Saat ini generasi muda mengalami suatu kemunduran ( Morality Decadency ) didalam proses pembentukan jati dirinya sebgagai penerus dan penigisi pembangunan bangsa. Karakter dan gaya hidup generasi muda saat ini mengalami banyak kemunduran karena arus deras kebudayaan dari barat yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa. Mereka lebih merasa bangga dan modern untuk menjalani hidupnya dengan keglamoran dan diluar norma sosial dan agama, sehingga kehidupan di luar jalur ( out of the track ) ini menciptakan mentalitas yang ingin memperoleh keberhasilan tanpa kerja keras, disiplin dan mengeyampingkan karakter dan tingkah laku yang sesuai dengan norma dan nilai.dari mentalitas inilah yang saat ini telah menjadi penyakit yang sedang melanda generasi muda bangsa. Sehingga, tak ayal perjalanan bangsa ini setelah era reformas justru mengalami kemunduran , baik aspek ekonomi, sosial, politik dan keamanan. Oleh sebab itu, pembinaan generasi muda melalui kepanduan sangatlah mendesak untuk di realisasikan dan generasi mudalah sebagai sasarannya.

E. RINTANGAN DI DALAM PROSES PEMBINAAN

Untuk mewujudkan generasi muda yang menjadi tumpuan harapan bangsa, tidaklah mudah untuk direalisasikan karena akan mendapatkan rintangan dan hambatan. Adapun rintangan yang akan menghadang adalah :

a. Rintangan Internal

Rintangan dan hambatan ini berasal dari generasi muda itu sendiri. Tentu saja penolakan dari para pemuda maupun pemudi yang telah terpengaruh oleh budaya barat. Mereka merasa pembinaan generasi muda akan mematikan dan memasung kebebasan didalam bertindak dan mengungkapkan kreatifitas yang sejatinya salah kaprah dan tidak sesuai dengan jati diri budaya ketimuran serta nilai agama.

b. Rintangan Eksternal

Derasnya perkembangan arus informasi yang dibalut dengan teknologi, memudahkan para generasi muda untuk mengakses serta menirukan budaya dan gaya hidup diluar batas nilai dan norma agama serta sosial. Ketika mereka diarahkan untuk menjadi lebih baik, mereka berdalih dengan mengatasnamakan gaya hidup dan tingkah laku mereka sebagai gaya hidup modern, yang harus mengikuti perkembangan zaman.

F. PERAN HIZBUL WATHAN

Untuk melakukan pembinaan generasi muda dibutuhkan suatu wadah yang terpadu dengan kegiatan pendidikan di sekolah dan harus dilakukan di seluruh tingkat pendidikan baik Sekolah Dasar ( SD / MI ), Sekolah Menengah Pertama ( SMP / MTs ), Sekolah Mengah Atas ( SMA / MA ) hingga Perguruan Tinggi / Universiatas. Oleh sebab itu, keberadaan Hizbul Wathan sangatlah memegang peranan penting untuk mewujudkan pembinaan generasi muda yang effektif dan berkesinambungan.karena Hizbul Wathan merupakan organisasi kepanduan yang memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pendidikan Generasi Muda. Adapun kontribusi dan manfaat yang di dapatkan generasi muda adalah,sbb :

1. Membentuk generasi muda yang bertakwa dan bermoral

2. Melatih Kedisiplinan

3. Melatih dan menumbuhkan sifat sukarela, toleransi dan ikhlas di dalam perbuatan maupun ucapan

4. Menciptakan kemandirian

5. Membekali skill dan ketrampilan hidup di masyarakat

6. Menambah Ilmu dan wawasan berfikir

7. Hidup dengan aturan norma dan nilai

8. Melatih olah tubuh, fikir dan hati peserta didik.

Gerakan kepanduan Hizbul Wathan memiliki Sistem pendidikan dan pembinaan yang memungkinkan untuk di realisasikan kepada generasi muda karena metode dan teknik pelatihannya disesuaikan dengan tuntutan perkembangan peserta didik masa kini, yaitu metode dan pelatihan menarik, menyenangkan dan menantang serta dilaksanakan di alam terbuka.Demikian juga seragam dan atribut yang dikenakan, diusahakan sesuai selera anak didik dan norma agama. Selain itu, Latihan rutin Hizbul Wathan juga meliputi baris-berbaris, bermain tambur dan olahraga, kemudian ditambah dengan PPPK dan kerohanian.

G. Kesimpulan

Untuk melakukan pembinaan generasi muda dibutuhkan peran dan dukungan yang integratif dan berkelanjutan dari seluruh pihak, yaitu : keluarga, masyarakat dan sekolah untuk mewujudkannya. Sebab tanpa dukungan dari seluruh pihak ini mustahil semua harapan dapat terwujud karena di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakatlah tempat dan wadah bagi para pemuda untuk menjalani hidup keseharian dan sebagai sarana untuk menyerap dan mengambil contoh dan teladan ( model role ), serta pembentukan jati diri dan karakter.